Kamis, 15 Januari 2009

Kampung Naga, Kampung Asri Sahabat Bumi


Text & photo : Bondan Wahyutomo
Editor : Ayos Purwoaji
___________________________


Pada bulan Agustus 2008 yang lalu saya berkesempatan mengunjungi sebuah kampung Sunda yang bernama Kampung Naga yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Kehidupan mereka dapat berbaur dengan kehidupan modern namun masih memegang kuat adat istiadat leluhur, seperti upacara perayaan hari besar Islam. Kehidupan mereka sendiri jauh dari hingar bingar perkotaan. Sawah yang bertumpuk rapi dalam deretan terasering membuat nuansa alam pedesaan di Kampung Naga begitu menentramkan, betapa harmonisnya kehidupan mereka. Jadi Iri saya dibuatnya.

Ada dua kepemimpinan yang berperan di Kampung Naga, yaitu kepemimpinan secara adat yang dipimpin oleh seorang Kuncen dan kepemimpinan secara pemerintah yang dipimpin oleh seorang Ketua RT. Meskipun kepemerintahan adat mereka masih sangat kuat, tetapi seluruh warga Kampung Naga tetap menghormati kedaulatan pemerintahan Republik Indonesia.

Mencintai Bumi Dari Hati

Saya berani bertaruh, Tuhan begitu menyayangi Kampung Naga. Pemandangannya yang elok dengan alam yang masih alami membuat segala kemewahan kota metropolis yang saya banggakan menguap seketika. Ndak ada bandingannya!

Pematang sawah di Kampung Naga

Sungai Ciwulan

Kondisi dapur di salah satu warga Kampung Naga

Tetapi keadaan itu bukanlah suatu hal yang instan. Prinsip hidup penduduk Kampung Naga untuk menjaga lingkungannya selama ratusan tahun menjadikan lingkungan di sekeliling Kampung Naga masih terjaga dari segala polusi akibat gaya hidup masyrakat urban. Apalagi norma adat mengatur sangat ketat hubungan penduduk Kampung Naga dengan alam sekitar. Bahkan ada sebuah aturan adat jika penduduk Kampung Naga ingin membangun rumah, maka ia harus menanam pohon terlebih dahulu. Bukannya tanpa sebab, nantinya pohon yang ditanam ini dapat digunakan oleh keturunannya untuk merenovasi rumah atau membuat perkakas, seperti lemari, kusen, dan pintu.

Suatu sudut di Kampung Naga

Banyaknya bangunan di kampung ini tidak akan bertambah, karena jika menambah permukiman berarti membuka lahan, yang merusak keasrian hutan. Masyarakat di Kampung Naga percaya, alam telah memberikan semua yang di butuhkan kepada mereka, maka mereka harus mensyukuri hal itu dan menjaga ekosistem dengan cara tidak membuka lahan untuk permukiman. Mereka pun memiliki hutan produksi dan hutan terlarang yang dibuat terpisah.

Penduduk Kampung Naga sendiri menolak jika kampung mereka dialiri oleh listrik. Bukan karena belum adanya jaringan, tetapi mereka menolak dengan alasan kesederhanaan. Meskinpun beberapa rumah memiliki radio dan televisi hitam putih, itupun menggunakanan energi baterai.

Karena konsistensinya dalam menjaga alam, Tuhan pun memberkati Kampung Naga sehingga tanahnya subur, di kampung ini pun air mengalir sepanjang tahun, yang menyebabkan mereka bisa bercocok tanam sepanjang tahun tanpa takut adanya becana kekeringan. Tak heran jika setiap hari ketika senja tiba banyak anak yang menghabiskan waktu dengan bermain air di sungai Ciwulan, hal seperti ini tidak akan mungkin terjadi di kota-kota besar apalagi di Jakarta. Akibatnya para penduduk Kampung Naga saat ini dapat melakukan swasembada pangan sendiri. Ini semua adalah hadiah alam untuk Kampung Naga.

Penumbuk padi hasil panen

Membersihkan sawah

Memberi pupuk

Sore hari, waktu yang tepat untuk bermain air di sungai ciwulan

Warga kampung ini juga memanfaatkan apa-apa yang alam berikan untuk diolah dan dimanfaatkan dengan maksimal. Salah satunya adalah kerajinan anyaman bambu yang sudah menyebar di seantero Jawa Barat. Bahkan produksi anyaman bambu eksotis karya penduduk Kampung Naga ini sudah diekspor hinggga luar negeri.

Waktu senggang di gunakan untuk membuat kerajinan

Waktu senggang di gunakan untuk membuat kerajinan

Anyaman sasak

beberapa kerajinan yang di jual

***

Ingin rasanya berlama-lama di Kampung Naga, saya pasti akan merindukan alamnya yang permai dan asri itu. Kembali ke Jakarta pun saya membawa segudang inspirasi baru. Setidaknya saya ketularan semangat para penduduk Kampung Naga untuk melestarikan bumi ini, meski hanya lewat blog...


Note:
Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Website Kompas MuDA - IM3
http://www.mudaers.com

1 komentar:

Anonim mengatakan...

dolan dolan terus !!!
mbok bikin pameran mas.. kolaborasi fotografer amikom..
usul aja sie.. ;p