Minggu, 15 Maret 2009

Menikmati Trem ala Solo

"Jalur ini (Solo-Wonogiri) sebenarnya lebih bersifat sosial daripada mendatangkan keuntungan. Lihat saja penumpang yang naik per-hari rata-rata hanya terisi separuh gerbong, bahkan tak jarang hanya seperempat gerbong saja. Yah, lebih baik jalur rel ini tetap dilewati KA daripada dibiarkan terbengkalai, bisa-bisa nanti jadi pemukiman penduduk liar", ujar masinis BB30003 Djoko Moeljo
Kompas edisi Jawa Tengah, 30 Maret 2005

Sekitar seminggu yang lalu saya menghubungi seorang teman bernama Tegar yang notabene pecinta kereta api di Indonesia, dia cukup paham mengenai kereta api. Saya mengajak untuk menemani trip Solo-Wonogiri, karena trip yang saya lakukan adalah dengan kereta api feeder.

Kereta feeder Solo-Wonogiri, sebetulnya adalah kereta tambahan bagi penumpang KA.Bengawan yang ingin melanjutkan perjalanan ke Wonogiri, jadwal kereta feeder ini tidak tentu, karena menunggu KA.Bengawan datang terlebih dahulu. Sepertinya KA.Bengawan agak telat, maka kereta feeder baru memasuki Stasiun Purwosari sekitar pukul 08.30, kereta datang, tanpa menunggu lokomotif BB30003 memutar untuk siap menarik kereta. Semua penumpang naik ke kereta, dan lokomotif mulai berjalan dengan santai, tidak banyak penumpang yang ikut dalam kereta itu, tidak sampai 10 orang.

Ketika kereta feeder mulai berjalan, inilah saat yang saya tunggu-tunggu, kenapa?, karena kereta ini berjalan berdampingan dengan jalan raya yaitu jalan Slamet Riyadi, tanpa pembatas apapun, disinilah saya merasakan suasana Trem ala Solo, semboyan 35 (klakson kereta) selalu terdengar selama melintasi jalan tersebut, gunanya untuk memberitahukan bahwa ada kereta yang sedang melaju. Kadang ada juga pengendara jalan raya tidak mau mengalah, akhirnya kereta dengan terpaksa berhenti, tidak jarang juga terjadi kecelakaan karena lalai nya pengendara jalan raya.

Hampir semua perlintasan kereta yang berpotongan dengan jalan raya tidak dilengkapi oleh palang pintu elektrik, kadang tidak ada palang pintu sama sekali. Kesetiakawanan terhadap kereta ini cukup besar, terbukti dengan aktifnya warga sekitar, polisi jalan raya, pemuda kampung, petani, tukang tambal ban, dll, dalam membantu kelancaran perjalanan kereta Solo-Wonogiri.

Sesampainya di Stasiun Wonogiri saya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri jalur kereta Wonogiri-Baturetno yang sudah hilang karena pembangunan waduk gajah mungkur, sepanjang perjalanan rel sudah tidak dapat ditemukan lagi, tetapi kerikil khas yang biasa di sekitar rel dan patok (penanda) milik PT Kereta Api masih dapat ditemui, dan tujuan perjalanan saya sampai ke waduk gajah mungkur. Sempat beristirahat dan membuka bekal yang di bawa, sambil menikmati suasana waduk dan tak lupa mengambil beberapa frame pemandanagan. Tak lama kami kembali ke stasiun wonogiri untuk mengejar kereta yang kembali ke Solo, maklum kereta berangkat kembali pukul 14.15 untuk mengantarkan calon penumpang KA.Bengawan.

Perjalanan pulang ke Solo cukup berbeda dengan sewaktu ke Wonogiri, penumpang yang ikut cukup banyak, sangat banyak bahkan, semua tempat duduk terisi. Apalagi ketika di Stasiun Pasar Nguter dan Stasiun Sukoharjo.

Akhirnya kereta kembali sampai di Stasiun Purwosari Solo, dan saya melanjutkan perjalanan pulang ke Jogja dengan kereta Prameks, sungguh perjalanan yang menyenangkan meskipun cuaca cukup terik, tetapi kepuasan yang dirasa melunturkan keletihan yang ada.

beberapa foto yang diambil:


foto di Stasiun Purwosari Solo sembari menunggu kereta feeder datang


beberapa foto dari dalam kereta feeder



kondisi selama perjalanan


lokomotif BB30003 buatan Krupp Jerman


Stasiun Wonogiri

Bondan dan Tegar berpose dengan kereta feeder


di waduk Gajah Mungkur Wonogiri


my Rail-Mate, Tegar, makasih Bro sudah menemani


perjalanan pulang ditemani goode
------
harga tiketKA.Feeder Solo-Wonogiri : Rp.2000
harga tiket Prameks (Solo-Jogja) :Rp.7000

links:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_api_Bengawan_Wonogiri
http://rel-keretaapi.blogspot.com/2008/10/jangan-matikan-jalur-rel-ka-solo.html

7 komentar:

jeckedabitz mengatakan...

mantapz!!!
seru....salut and respect!

imong mengatakan...

Mantabs....udah nyoba rute Pramex solo-semarang blm? ketoke menarik jg :D

Ayos Purwoaji mengatakan...

wah iki baru liputan ndan! kok jadi kepingin nyoba yaaa. eh si tegar tau rute kereta2 aneh gitu darimana? di jatim ada gak? mohon pencerahannya gan.

Sasmita Dini mengatakan...

Hoho, slam kenal!saia dikasi link blog ini sama Navan setelah saia cerita Prameks di blog saia, hehe

Eh, itu tur nya dalam sehari aja kan?jalan kakinya jaoh ga mas?
hehe
thnks for t info^^

bondan mengatakan...

@dini : salam kenal juga, iya itu seharian, pagi brangkat dari jogja, sorenya dah balik lagi.

jalan kaki ke waduknya maksud mu?
dari stasiun wonosari sekitar 2-3 KM lah

henry mengatakan...

wah keren bro..fotonya mantab,,aq jg dlu pernah menikmati nperjalanan pnjang bersama kreta feeder..goncangannya lumyan asik..slow but sure..gmn klo kita mnta pmerintah untuk mmbuat trem di kota solo..rutenya di tmbah pd lokasi2 strtegis...

Dhimas Aryo Sekti Lanang mengatakan...

Hanya di solo :)